PUCUK UMUN MASUK AGAMA ISLAM
(pupuh XVII.10 - XVII.24)
Syekh Maulana oleh orang Parahiyangan dipanggil dengan nama Gusti Prabu Kantara Etang, orang Sunda memanggilnya Kanjeng Kantara Ening dan orang Pajajaran memanggilnya lain lagi yaitu Prabu Gelereng Erang.
Pada suatu hari sang Prabu Gelereng Erang berkeinginan untuk
mengunjungi saudaranya yaitu Pucuk Umun. Keinginannya adalah agar Pucuk
Umun mau masuk agama Islam. Syekh Maulana pergi dengan diikuti oleh
uwaknya Arya Lumajang dan tak tertinggal Raja Lahut. Setibanya di tempat
yang dituju, orang Buaran segera mengetahui bahwa ada Wali yang datang,
rakyat gempar dan mereka segera mempersiapkan barisan penjaga.
Akan tetapi bagi Prabu Gelereng Erang,
beliau tak perlu menyerang atau melalui penjaga. Tanpa ada yang
mengetahui rombongannya sudah berada di Pasowan Jaba, dimana Prabu
Gelereng Erang kemudian ditemui oleh Patih Pajajaran yang bernama Patih
Montas. Duduk di Pasowan Jaba, Prabu Gelereng Erang lalu bersabda,
"Manakah rajamu Patih, sampaikanlah kepadanya bahwa aku ingin berjumpa
dengan junjunganmu untuk berunding. Patih, katakanlah bahwa perselisihan
itu tidak baik. Lain dengan orang yang mau berdamai, kelak di dunia dan
akherat dia akan memperoleh karunia Yang Mulia. Sebagai saudara aku
datang kemari dengan maksud baik".
Ki
Patih bergegas masuk ke dalam keraton untuk menyampaikan kedatangan
tamu-tamu tersebut kepada rajanya. Setibanya di hadapan sang Prabu Pucuk
Umun, Ki Patih ditegurnya, "He Patih, ada apakah gerangan engkau
tergopoh-gopoh seperti itu masuk kedalam istana". Ki Patih sambil
menyembah memberitahukan kepada Pucuk Umun bahwa di Pasowan Jaba ada
Waliyullah yang datang ingin berjumpa dengan sang
Prabu, "Paduka tuan ditunggu di luar. Katanya mereka tidak ingin
bermusuhan dan mereka datang hanya hendak berunding. Rombongannya banyak
sekali, diantaranya ada ayahanda tuan Arya Lumajang dan juga Raja
Lahut, mereka datang bersama-sama dengan Wali".
Pucuk
Umun kemudian bersabda, "He Patih, keluarlah cepat dan katakan bahwa
aku Pucuk Umun sudah merad, hilang lenyap. Katakanlah demikian kepada
mereka Patih". Setelah berkata demikian Prabu Pucuk Umun segera pergi
dari pintu belakang bersama adiknya Dewi Mandapa. Mereka bermaksud akan
melarikan diri ke tempat yang jauh. Begitulah Patih Montas bergegas
kembali menjumpai wali dan berkata, "Tuan hamba Pucuk Umun sudah hilang
merad, sama seperti kakeknya dahulu. Hamba, tak dapat menemuinya lagi.
Sekarang terserah kehendak tuan siapa yang akan menggantikannya disini".
Mendengar perkataan Patih demikian, kemudian berkata sang Prabu
Gelereng Erang, "He Patih Montas, untuk apa engkau berbohong kepadaku,
bukankah engkau sudah berniat untuk masuk agama Islam. Patih, aku datang
kemari untuk menunjukan jalan kepada rajamu. Ini Patih lihatlah di
jempol kakiku, lihatlah ada apa".
Lalu
Patih melihat ke jempol kaki sang wali, dan betapa terkejutnya sang
Patih karena disitu dilihatnya Prabu Pucuk Umun tengah tergelantung,
terjepit tidak berdaya. Melihat demikian segera sang Patih bersujud dan
bertaubat kepada Syekh Maulana, dan Prabu Pucuk Umun pun segera
dilepaskan. Mereka kemudian duduk bersama-sama dengan wali sambil
belajar mengucapkan dua kalimat Syahadat. Pucuk Umun sudah menerimanya, demikian juga seluruh bala tentaranya sudah masuk agama Islam.
Itulah akhir dari agama Budha di Pajajaran,
Prabu
Gelereng Erang tinggal beberapa lama di Pajajaran dan mengajarkan agama
Islam kepada penduduknya. Diantaranya kemudian datang berguru kepada
Prabu Gelereng Erang yaitu: Ki Dipati Guru Menak Cihaur, Timbanganten,
Gunung Munara, Tumenggung Ranggasaka Wiyani, Sanghyang Wenang, Menak
Ragamang, Cibalagung, Panembong, Sunda Larang, Lumajang, Sumedang, Sumur
Bandung, Karanggung, dan Cianjur, mereka semua menghadap kepada Wali
untuk menyatakan iman Islamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar