KISAH MERBOT JARUMAN
(pupuh LXI.12 - LXII.08)
Dikisahkan
pada suatu ketika di Carbon ada seorang santri yang datang dari timur
yang bernama Merbot Jaruman. Dia datang ke Carbon dan ingin mengabdi
kepada Pangeran Agung. Pada suatu malam Jum'at Pangeran Agung bermimpi
mendengar suara, "He Pangeran Agung, di mesjid ada seorang kakek yang
bernama Ki Merbot Jaruman, perintahkanlah dia untuk menjadi imam Jum'at.
Jangan tidak kau perintahkan dia menjadi imam". Keesokan harinya
Pangeran Agung melaksanakan apa yang didengarnya itu., dan menunjuk
Merbot Jaruman untuk menjadi Imam. "Mohon maaf", kata sang Jaruman,
"hamba tak bisa menjadi imam". Akan tetapi ia dipaksa terus sampai
akhirnya mau menjadi imam. Ketika Marbot Jaruman menjadi imam, setelah
takbir dia diam berdiri tak mengeluarkan suara sedikit pun. Mulutnya
terkunci dan hanya berdiri saja. Tubuhnya kaku bagai-kan patung, dia
tidak membaca Al 'Fatihah, tidak ruku dan juga tidak sujud. Semua yang
menjadi ma'mum menunggu, sehingga kemudian Pangeran Agung
menggantikannya. Setelah selesai sholat sang Merbot segera dibangunkan.
Jum'at berikutnya hal yang sama terjadi lagi, sehingga Jum'at berikutnya lagi Pangeran Agung lah yang menjadi imam, yang diikuti oleh ma'mum semua. Setelah selesai sholat lalu mereka berkumpul untuk membicarakan hukuman apa yang harus dijatuhkan kepada Marbot Jaruman. Ki Marbot berkata, "Untuk menebus kekecewaan Paduka tuan, hamba akan sangat berterimakasih bilamana hamba dihukum. Hamba telah tidak mampu menjadi imam, walaupun hamba dipaksa. Silahkan hamba dihukum mati saja". Pangeran Agung lalu memerintahkan kepada para sentana mantrinya untuk membuat panggung di alun-alun dan kemudian di bawahnya dinyalakan api unggun. Ki Jaruman lalu dinaikan ke atas panggung itu dari lohor hingga magrib, namun apa yang terjadi ternyata Marbot Jaruman tidak terluka sedikitpun.
Jum'at berikutnya hal yang sama terjadi lagi, sehingga Jum'at berikutnya lagi Pangeran Agung lah yang menjadi imam, yang diikuti oleh ma'mum semua. Setelah selesai sholat lalu mereka berkumpul untuk membicarakan hukuman apa yang harus dijatuhkan kepada Marbot Jaruman. Ki Marbot berkata, "Untuk menebus kekecewaan Paduka tuan, hamba akan sangat berterimakasih bilamana hamba dihukum. Hamba telah tidak mampu menjadi imam, walaupun hamba dipaksa. Silahkan hamba dihukum mati saja". Pangeran Agung lalu memerintahkan kepada para sentana mantrinya untuk membuat panggung di alun-alun dan kemudian di bawahnya dinyalakan api unggun. Ki Jaruman lalu dinaikan ke atas panggung itu dari lohor hingga magrib, namun apa yang terjadi ternyata Marbot Jaruman tidak terluka sedikitpun.
Hasil alih aksara dan alih bahasa dari naskah-naskah lama mengenai Babad Cirebon dan Pajajaran post by Amman .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar