SINUHUN JATI MEMBANGUN MESJID AGUNG PAKUNGWATI
(pupuh XXII.37 - XXII.47)
Sinuhun
Gunung Jati berkehendak untuk membangun Mesjid Agung Pakungwati yang
kelak akan menjadi pusaka di Carbon. Uwaknya [Pangeran Cakrabuana]
diminta untuk mengumpulkan bahan-bahan untuk pembangunan masjid itu.
Dari seluruh pelosok negeri telah dikumpulkan kayu yang baik untuk
dipakai sebagai tiang. Sunan Rangga sudah mengerti akan keinginan
putranya itu. Dengan segera sudah banyak terkumpul kayu-kayu yang
diperlukan. Tukangnya berjumlah seratus orang, sebanyak bahan yang ada,
atap sirap sudah dipilihi, paku dan batu bata sudah terkumpul di
Pakungwati.
Kemudian
Sinuhun Jati berkata kepada Syekh Datuk Khapi, "Kakanda Datuk Khapi,
tolong tuliskan surat untuk dikirimkan ke negara Banisrail. Sampaikan
kepada adinda Nurullah agar mengupayakan kayu Jati. Mintalah yang utama,
yang panjang, untuk dijadikan sakagurunya. Hanya empat buah saja yang
kubutuhkan, satu tiang saka dari Mesir sebagai
sumbangannya Babu Dampul, satu dari Banisrail sebagai sumbangannya
adinda Nurullah, satu lagi dari Bagdad sebagai sumbangan dari Datuk
Khapi, dan satu lagi dari Surandil sumbangan dari Syekh Benthong. Segera
Datuk Khapi menulis surat tersebut dan mengirimkannya. Sementara itu
yang membangun terus bekerja, sambil menunggu datangnya kiriman keempat
kayu sakaguru dari negara Arab.
PENYELESAIAN MASJID AGUNG CARBON
(pupuh XXVIII.13 - XXVIII.15)
Setibanya
Sinuhun Jati di Dalem Agung, beliau berkehendak untuk segera mendirikan
mesjid yang patakanya sudah didirikan. Semua wali sangat bersemangat
dalam membantu pembangunan mesjid ini. Mereka telah mendirikan rangkanya
bersama-sama. Ketika keesokan harinya diperiksa terjadi lagi
perselisihan mengenai arah Kiblat. Sebagian mengatakan kurang ke
selatan, lainnya mengatakan kurang ke utara dan lainnya lagi mengatakan
sudah tepat arah kiblat itu. Sehingga kerangka mesjid itu diangkat
dipindah-pindah berubah arah setiap kali terdengar pendapat baru.
Demikian berlangsung tak habis-habisnya. Sunan Kalijaga kembali
memberikan penyelesaiannya seperti yang dilakukannya waktu di Demak.
SASMITA MESJID AGUNG CARBON
(pupuh XXVIII.15 - XXVIII.21)
Setelah
selesai pembangunan mesjid Agung Carbon semua Wali memanjatkan puji
syukur dan para Wali melakukan sholat Subuh. Setelah sholat Sunan
Kalijaga membuat sasmita/isyaratnya mesjid ini : Sang gligir
manik pethak, putra jagat bawur, bawuring wong timbul tatal, timbul
aning ngaliwung awang nguwung, sageb ana waniya. Sarta takutana dadi
sarta wani, sampurnaneng jagat sedaya, sangang ngatus ya kathahe,
punjule patang puluh, kalawan lelima puniki.
Waktu
itu usia Sinuhun Jati 113 tahun. Kemudian para Wali memberikan
sumbangan-nya untuk mesjid ini. Sunan Bonang menyumbangkan satu tikar
yang digelarkan di sebelah utara, Syekh Benthong menyumbang satu tikar
yang berasal dari Medinah dan digelarkan di paimaman yang di sebelah
utara, Sunan Jati menyumbang satu tikar yang berasal dari Pulau Majeti
dipasang di tengah paimaman. Sunan Kalijaga menyumbang satu tikar yang
digelarkan di sebelah utaranya tikar Sunan Purba. Pada waktu itu semua
wali bergantian menjadi Imam shalat Jum'at di Mesjid Agung. Pangeran
Makdum yang menjadi Juru komat sholat Jum'at. Pangeran Datuk Khapi, yang
memegang waman ah sannun-nya (yang mengatur mesjid
dalam hal jadwal, shaf, dsb), Tuan Jopak, dan Tuan Bumi. Yang melayani :
Sunan Panggung, Tuan Puti, Pangeran Kajoran, bersama Pangeran Drajat.
Pangeran Kajoran tanggung jawabnya memegang inalaha (hukum-hukum). Semuanya ini diatur dengan persetujuan para wali.
Catatan penterjemah:
1. Pembangunan
Mesjid Carbon menurut babad ini dibangun pada waktu Sunan Gunung Jati
berusia 113 tahun, atau diperkirakan pada tahun 1561 M.
2. Menurut sebuah catatan dalam naskah lama lain disebutkan bahwa sesuai dengan persetujuan wali, Masjid Agung Carbon diberi nama Sang Ciptarasa, momolonya diberi nama (tidak terbaca), beduknya diberi nama Sang Guru Mangi, mimbarnya diberi nama Sang Srangenge, mikrodnya diberi nama Jubled.
Hasil alih aksara dan alih bahasa dari naskah-naskah lama mengenai Babad Cirebon dan Pajajaran post by Amman W
Tidak ada komentar:
Posting Komentar