Minggu, 04 Desember 2011

NASKAH MERTASINGA: SILSILAH SULTAN GIRILAYA MENURUT NASKAH INI

Menurut “Sundakala” (Ayat Rohaedi, 2005) mengacu pada Pustaka Negara Kertabhumi dikisahkan bahwa Panembahan Girilaya menikah dengan putri dari Amangkurat I, yang menurunkan Pangeran Mertawijaya atau Pangeran Syamsuddin yang menjadi Sultan Kasepuhan I; adiknya Pangeran Kertawijaya atau Pangeran Badridin yang menjadi Sultan Kanoman I dan adiknya yang bungsu Pangeran Wangsakerta yang menjadi Panembahan Cerbon I.
Namun Naskah Mertasinga mengisahkan hal yang berbeda. Dikisahkan bahwa Panembahan Girilaya menikah dengan putri dari Negara Surat (Surat Thani, Thailand Tenggara) yang menurunkan Pangeran Sepuh dan dengan Rara Mas Kirani putri Dipati Ukur Muda atau Arya Jagasatru yang menurunkan Pangeran Anom.
Mengenai isteri dari Mataram, dalam bagian lain dari naskah Mertasinga dikisahkan bahwa Panembahan Girilaya juga menikah dengan Ratu Sidapulin dari Mataram yaitu sebagai ‘pertukaran’ dengan  Dewi Tanuran Gagang (baca: http://akinamikaya-01.blogspot.com/2011/09/naskah-mertasinga-putri-pajajaran-yang.html ). Namun tidak jelas apakah sang putri adalah puteri dari Amangkurat I atau bukan.
Berikut uraian dalam naskah Mertasinga:
PANEMBAHAN RATU WAFAT 
(pupuh LXIX.19 - LXIX.20)
Dikisahkan kemudian Panembahan Ratu wafat pada waktu usianya genap 140 tahun, yaitu tepat pada babad jaman 1519 (1597 M.) . Panembahan Ratu telah wafat dengan sempurna dan dimakamkan di Giri Serga. Adapun yang menjadi permaisurinya adalah yang bernama Rara Pajang, dengan siapa Panembahan Ratu telah menjalani perkawinannya dengan selamat tanpa gangguan dunia akherat.
PERIHAL PERNIKAHAN PANEMBAHAN GIRILAYA 
(pupuh LXX.09 - LXX.14)
Adapun Arya Jagasatru, yaitu Dipati Ukur Muda, menjadi kesayangan Panembahan karena anak perempuannya yang bernama Ratu Mas Kirani diperistri oleh Panembahan Girilaya. Pasangan ini kemudian melahirkan dua anak yang amat tampan, yang bernama: Pangeran Emas Pakungwati dan Pangeran Anomsada.
Adapun istri Panembahan yang pertama berasal dari negara seberang, negara  Surat, Rara Kerta namanya. Dia lah yang mendirikan dusun Karangdawa dan mempunyai anak Pangeran Sepuh. Diceritakan bahwa Panembahan Giri itu banyak anaknya, yang laki-laki bernama: Pangeran Nataningrat, Pangeran Surajaya,           Pangeran Wiradyasunu, Pangeran Jayanegara, Pangeran Kusumajaya yang membuat padepokan di Kajuwanan. Adapun anak-anak perempuannya lebih banyak lagi, yaitu :          Ratu Demang, sehingga ada tempat bernama Kademangan, Ratu Lor, Ratu Toyamerta,           Ratu Ajeng, Ratu Lindri, Ratu Winahon, Ratu Pecatanda, Ratu Petis, Ratu Bahar, dan          Ratu Ayu Rayahin.
Kebesaran anak-anak ini, anak-cucu raja wali, tidak ada yang menyamai, mereka dilimpahi nurbuat kutub. Mendapatkan keramat dan tidak boleh dihina sebagaimana halnya keturunan yang telah mendapat tuah. Mereka tidak mengejar kebesaran, dan jauh dari pengaruh luar, seperti halnya yang selalu diayomi Sinuhun. Carbon pada waktu itu baru mencapai keturunan wali yang kelima, kebesaran kerajaan telah mulai pudar.
PERNIKAHAN DENGAN ISTERI DARI MATARAM
(pupuh LIX.09 - LIX.11)
Ketika itu Pangeran Carbon berada dibawah kekuasaan Mataram, dia diharuskan seba, menghadap, setiap tahun ke Mataram. Dalam perjalanan itu Pangeran Carbon membawa serta Dewi Tanuran Gagang, ketika Sultan Mataram melihatnya maka sang putri pun segera dimintanya. Setelah Dewi Tanuran Gagang diserahkan kepada Sunan Mataram, maka Pangeran Carbon pun memperoleh gantinya yaitu putri yang bernama Ratu Sidapulin yang kemudian dibawa kembali ke Carbon. Dari perkawinan itu lahir seorang anak laki-laki bernama Pangeran Manis, dan seorang anak perempuan yang diberi nama Ratu Setu.
CATATAN
1.    Panembahan Ratu memerintah tahun 1588 – 1649, kakek dari Panembahan Girilaya, memperistri Ratu Mas Pajang (Ratu Lampok Angroros), putri Jaka Tingkir, Sunan Pajang.
2.    Panembahan Girilaya raja Cirebon memerintah tahun 1649 – 1662, saat itu di Mataram memerintah Amangkurat I yang memerintah tahun 1646-1677, anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo yang memerintah tahun 1613 – 1645.
3.    Surat Thani, atau Ban Don nama propinsi dan juga ibu kotanya di sebelah tenggara Thailand, sebuah pelabuhan di sebelah selatan Bangkok. Surat. Pada abad ke-16 tercatat adanya hubungan dagang antara pelabuhan-pelabuhan  di Jawa dengan luar negeri, yaitu Maladewa, Keling (Coromandel), Surat, Mekkah dan Jedah. Disebutkan bahwa tempat-tempat ini sebagai tempat peristirahatan dalam pelayaran dari Jawa ke Mekkah. Dalam Naskah Kuningan, dikisahkan bahwa pengikut Patih Keling yang kemudian bermukim di Gunung Sembung adalah juga dari negara Surat Thani.
 
 Hasil alih aksara dan alih bahasa dari naskah-naskah lama mengenai Babad Cirebon dan Pajajaran post by Amman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar