Minggu, 04 Desember 2011

NASKAH MERTASINGA – PUTRI PAJAJARAN YANG MENUNTUT BALAS ( I )

PUCUK UMUN MASUK AGAMA ISLAM
(pupuh XVII.10 - XVII.24)
Syekh Maulana oleh orang Parahiyangan dipanggil dengan nama Gusti Prabu Kantara Etang, orang Sunda memanggilnya Kanjeng Kantara Ening dan orang Pajajaran memanggilnya lain lagi yaitu Prabu Gelereng Erang. Pada suatu hari sang Prabu Gelereng Erang berkeinginan untuk mengunjungi saudaranya yaitu Pucuk Umun. Keinginannya adalah agar Pucuk Umun mau masuk agama Islam. Syekh Maulana pergi dengan diikuti oleh uwaknya Arya Lumajang dan tak tertinggal Raja Lahut. Setibanya di tempat yang dituju, orang Buaran segera mengetahui bahwa ada Wali yang datang, rakyat gempar dan mereka segera mempersiapkan barisan penjaga.
Akan tetapi bagi Prabu Gelereng Erang, beliau tak perlu menyerang atau melalui penjaga. Tanpa ada yang mengetahui rombongannya sudah berada di Pasowan Jaba, dimana Prabu Gelereng Erang kemudian ditemui oleh Patih Pajajaran yang bernama Patih Montas. Duduk di Pasowan Jaba, Prabu Gelereng Erang lalu bersabda, "Manakah rajamu Patih, sampaikanlah kepadanya bahwa aku ingin berjumpa dengan junjunganmu untuk berunding. Patih, katakanlah bahwa perselisihan itu tidak baik. Lain dengan orang yang mau berdamai, kelak di dunia dan akherat dia akan memperoleh karunia Yang Mulia. Sebagai saudara aku datang kemari dengan maksud baik".
Ki Patih bergegas masuk ke dalam keraton untuk menyampaikan kedatangan tamu-tamu tersebut kepada rajanya. Setibanya di hadapan sang Prabu Pucuk Umun, Ki Patih ditegurnya, "He Patih, ada apakah gerangan engkau tergopoh-gopoh seperti itu masuk kedalam istana". Ki Patih sambil menyembah memberitahukan kepada Pucuk Umun bahwa di Pasowan Jaba ada Waliyullah yang datang ingin berjumpa dengan  sang Prabu, "Paduka tuan ditunggu di luar. Katanya mereka tidak ingin bermusuhan dan mereka datang hanya hendak berunding. Rombongannya banyak sekali, diantaranya ada ayahanda tuan Arya Lumajang dan juga Raja Lahut, mereka datang bersama-sama dengan Wali".
Pucuk Umun kemudian bersabda, "He Patih, keluarlah cepat dan katakan bahwa aku Pucuk Umun sudah merad, hilang lenyap. Katakanlah demikian kepada mereka Patih". Setelah berkata demikian Prabu Pucuk Umun segera pergi dari pintu belakang bersama adiknya Dewi Mandapa. Mereka bermaksud akan melarikan diri ke tempat yang jauh. Begitulah Patih Montas bergegas kembali menjumpai wali dan berkata, "Tuan hamba Pucuk Umun sudah hilang merad, sama seperti kakeknya dahulu. Hamba, tak dapat menemuinya lagi. Sekarang terserah kehendak tuan siapa yang akan menggantikannya disini". Mendengar perkataan Patih demikian, kemudian berkata sang Prabu Gelereng Erang, "He Patih Montas, untuk apa engkau berbohong kepadaku, bukankah engkau sudah berniat untuk masuk agama Islam. Patih, aku datang kemari untuk menunjukan jalan kepada rajamu. Ini Patih lihatlah di jempol kakiku, lihatlah ada apa".
Lalu Patih melihat ke jempol kaki sang wali, dan betapa terkejutnya sang Patih karena disitu dilihatnya Prabu Pucuk Umun tengah tergelantung, terjepit tidak berdaya. Melihat demikian segera sang Patih bersujud dan bertaubat kepada Syekh Maulana, dan Prabu Pucuk Umun pun segera dilepaskan. Mereka kemudian duduk bersama-sama dengan wali sambil belajar mengucapkan dua kalimat Syahadat.  Pucuk Umun sudah menerimanya, demikian juga seluruh bala tentaranya sudah masuk agama Islam.
Itulah akhir dari agama Budha di Pajajaran,
Prabu Gelereng Erang tinggal beberapa lama di Pajajaran dan mengajarkan agama Islam kepada penduduknya. Diantaranya kemudian datang berguru kepada Prabu Gelereng Erang yaitu: Ki Dipati Guru Menak Cihaur, Timbanganten, Gunung Munara, Tumenggung Ranggasaka Wiyani, Sanghyang Wenang, Menak Ragamang, Cibalagung, Panembong, Sunda Larang, Lumajang, Sumedang, Sumur Bandung, Karanggung, dan Cianjur, mereka semua menghadap kepada Wali untuk menyatakan iman Islamnya. 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar