Minggu, 04 Desember 2011

NASKAH MERTASINGA - PANGERAN BANTEN MENOBATKAN DIRI MENJADI SULTAN

PANGERAN BANTEN MENOBATKAN DIRI MENJADI SULTAN 

(pupuh LXX.20 - LXXI.11)
Kita tinggalkan kisah di Pakungwati, dikisahkan lagi keturunan wali dari Banten yang bernama Pangeran Kenari. Sang Pangeran pergi ke tanah Arab untuk naik haji ke Baitullah. Sekembalinya dia mendapat ijin dari Sultan Mekah untuk bertahta sebagai raja di negara Banten, serta diberi pakaian pusakanya Nabi Ibrahim. Setibanya di Banten, Pangeran lalu mengumpulkan sanak keluarganya, para kaum dan para sentana. Kemudian  Pangeran mengangkat dirinya menjadi raja di Banten.
Sultan Mataram mendengar hal tersebut menjadi sangat murka dan tidak dapat menerima pengangkatan tersebut. Di Jawa setiap pengangkatan menjadi Sultan itu harus dengan ijin dari Mataram, kalau tidak maka dia akan diperangi oleh Mataram. Sultan Banten pun sudah bersiap-siap menyambut serbuan Mataram karena Banten tidak mau tunduk kepada Mataram. Kemudian terjadilah peperangan yang lama, berlangsung selama beberapa tahun antara Banten dengan Mataram.
Kemudian ada seseorang yang dapat mendamaikan peperangan ini, dia adalah seorang Belanda yang bernama Kapten Morgel . Dalam perdamaian itu Mataram mau mengakui pengangkatan itu dan sebagai imbalannya Banten harus mengirimkan tugur, pasukan penjaga, ke Mataram setiap tahun. Pasukan ini bergantian datang ke Mataram untuk tugas jaga. Setelah tercapai perdamaian itu ternyata Kapten Morgel meminta upah berupa daerah, upah untuk jasanya yang telah mendamaikan orang perang itu. Dia minta diberi daerah di tanah Betawi. Atas permintaan itu baik Sunan Banten dan Mataram keduanya menyetujuinya. Itulah awal adanya orang Belanda di Betawi yang kemudian mengatur dan mengurus para raja di Jawa .
Masuknya Belanda itu bagaikan racun yang menyusup ke tanah Jawa. Para raja Jawa belum sadar bahwa dalam tubuhnya telah masuk racun itu yang kemudian akan merusaknya. Belanda mencari kesempatan untuk malang melintang dan mengatur raja-raja di Jawa itu merupakan warisan dari leluhurnya. Dahulu Dewi Mandapa, anak raja Pajajaran yang terakhir, yang tak mau masuk agama Islam, anaknya bernama Dewi Tanuran Gagang tinggal di Pulau Inggris. Tanurang Gagang itu bercampur dengan orang kulit putih dan sekarang sudah sampai pada buyutnya, yaitu yang diceritakan bernama Kapten Morgel yang datang minta kedudukan di tanah Jakarta. Dia terikat oleh warisannya yang dahulu, melanjutkan kekuasaan negara Pakuan dan akan mengusik raja-raja Jawa di kemudian hari.
Di Banten mulai ada Sultan yaitu pada babad jaman 1519 (1597 M.), pada waktu itulah awal bertahtanya  keturunan raja wali di Banten. Sultan Agung Kanantun lalu ingin membangun Mesjid Agung. Nama kaumnya yaitu Kyai Abdul Mahmud, Kyai Abdul Al Mapakir dan Abdul Al Kodariyah, mesjidnya dibangun tepat pada babad jaman 1532 (1610 M.), sebuah mesjid yang indah. Adapun awalnya keberadaan orang Belanda di Betawi, yang bernama Kapten Morgel, yaitu pada babad jaman 1530 (1608 M.).
Adapun di Carbon pada waktu itu Panembahan masih berada di bawah pengawasan Mataram. Walaupun demikian sebagai keturunan dari raja wali, dalam hatinya sang Panembahan selalu bersyukur, dan keadaan Carbon pun masih makmur. Pada waktu itu belum ada orang Belanda ataupun orang Cina, tembok kota Carbon masih berdiri dengan kokoh.

CATATAN:
1.      Pangeran Kenari atau Pangeran Kanantun, Sultan Agung Kanantun (1596 – 1651).          
2.      Kapten Morgel. Tokoh ini tidak dikenal dalam sejarah. Nama ini merupakan nama traditional untuk Gubernur-gubernur Jendral Hindia Belanda. Panggilan ini berasal dari kata Kapten Mur, yang asalnya dari bahasa Portugis Capitao Mor, yang berarti panglima tertinggi. Dalam babad ini tokoh Kapten Morgel hadir sejak tahun 1608, yaitu yang dikisahkan menyelesaikan perselisihan antara Banten dengan Mataram sehingga sebagai upahnya dia memperoleh daerah di Jakarta. Tokoh Kapten Morgel ini masih berkuasa sebagai Gubernur Jendral pada masa pemerintahan Sultan Kasepuhan ketika diminta bantuan oleh Pangeran Emas untuk dinobatkan menjadi Sultan Kacarbonan (lihat bab XXXII). Mungkin, diciptakannya tokoh Kapten Morgel ini adalah sebagai panggilan umum untuk penguasa Belanda atau seperti yang dikatakan oleh Prof. Hoesein Djajadiningrat, yaitu sebagai "pengesahan" atas penguasaan Belanda atas raja-raja Jawa karena tokoh "Kapten Morgel" itu dimitoskan sebagai keturunannya raja Pajajaran yang menuntut balas.
Kedatangan Belanda dan VOC. Sekitar tahun 1600 kapal dagang Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman mendarat di  pelabuhan Banten. Dimana kemudian mereka tinggal dari tahun 1596 - 1598. Kemudian  VOC didirikan Belanda dan mengangkat Peter Both sebagai Gubernur Jendral  untuk  Timur Jauh dan Jan  Piterzoon  Coen  sebagai Gubernur Jendral  di Jawa. Pada tahun 1618  dia  datang  ke Jakarta dan menghadap kepada Pangeran Jaketra untuk  memperoleh izin mendirikan gudang dan benteng di Jaketra.
3.      Pagarage. Sejarah Banten memberitakan adanya percobaan Carbon untuk menaklukan Banten yang konon terjadi pada tahun 1650, yang dikenal sebagai Pagarage. Menurut sumber diatas, di Banten datang dua orang utusan dari Carbon yang bertujuan untuk membujuk Sultan Banten supaya bersama Carbon mau menghadap Mataram. Akan tetapi jawaban yang mereka peroleh adalah "Sultan Banten tidak mau mengakui raja manapun diatasnya selain Sultan Mekkah yang sering mengirimkan surat kepadanya berisi pelajaran-pelajaran yang berhikmah". Selanjutnya sejarah mencatat perang antara Carbon dan Banten pada tanggal 22 Desember 1650, yaitu pada masa pemerintahan Panembahan Girilaya dimana Carbon mengalami kekalahan. Kemungkinan ketidak berhasilan Carbon untuk membujuk dan kemudian memaksa Banten ini yang menyebabkan turunnya kredibilitas Panembahan Girilaya di mata Amangkurat-I. Disamping itu kemungkinan pertempuran ini pula yang menyebabkan menjadi renggangnya hubungan antara kedua keturunan Sunan Gunung Jati ini, sehingga Banten tidak mengambil tindakan pada waktu Panembahan Girilaya diculik dan dibunuh di Mataram pada tahun 1662, dan baru mengambil tindakan setelah 16 tahun kemudian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar